Terlalu cepat menyimpulkan hukum perayaan maulid Nabi saw sebagai tindakan bid’ah, bisa jadi pem-bidahan ini berakibat menciptakan keteganan persatuan ummat. Pasalnya bid’ah merupakan tindakan serius sebagai perbuatan sesat yang mengarahkan jalan manusia menuju neraka. Di bawah ini akan ada paparan tentang landasan agama atas diadakannya peringatan Maulid Nabi saw.
Peringatan maulid nabi tidak lain adalah dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas kelahiran baginda Nabi mulia panutan ummat sedunia, menurut sebuah hadits di dalam Sahih Bukhariy bahwa, Abu Lahab (paman Nabi saw), setiap hari Senin diringankan azabnya, berkat kegembiraan lahirnya baginda Nabi, sebagai ungkapan kegembiraan tersebut ia memerdekakan budak perempuannya yang bernama Tsuwaibah, Jika kita sepakat dengan kesahihan hadits di atas, logika kita memberi kesimpulan, kalau orang kafir se-level Abu Lahab saja memperoleh manfaat dari kegembiraan menyambut lahirnya Muhammad saw, apalagi orang-orang mukmin!!
Secara historis perayaan penyambutan kelahiran Muhammad hanya pernah dilakukan oleh Ayahandanya sendiri, meskipun niat tersebut tidak kesampaian, sebab Abdullah (ayah Nabi saw) wafat dalam perjalanan pulang pada saat belanja kebutuhan persiapan penyambutan kelahiran seorang anak laki-lakinya dari Madinah, Ayahandanya meninggal pada saat Nabi Muhammad masih dalam kandungan, Kemudian selama masa hidupnya Nabi saw sendiri tidak pernah mengadakan peringatan kelahirannya bersifat massif seperti yang dilakukan oleh ummat-ummat saat ini. Apabila bid’ah hanya di dasarkan kepada setiap perbuatan yang tdak pernah dilakukan Nabi saw, maka peringatan maulid Nabi adalah disebut bid’ah. Tetapi bukakah peringatan maulid Nabi ini semata-mata ungkapan syukur, bergembira, atas rahmat agung berupa kelahiran dan diutusnya beliau ke tengah ummat manusia, alasan yang dipakai tentunya bukan peringatannya tetapi rasa syukurnya kepada Allah, sejalan dengan tuntunan QS: Yunus: 58
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ.
“Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Dalam ayat tersebut, terdapat perintah bergembira atas rahmat pemberian-Nya, dan Nabi Muhammad adalah rahmat terbesar bagi kehidupan dunia seisinya, seperti yang dikatakan oleh Al Quran: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya’:107). Ibnu Taimiyyah sendiri berpendapat : “Kemuliaan hari maulid Nabi Muhammad saw yang diperingati secara berkala oleh kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan Rasul pembawa hidayah bagi semua ummat manusia.
Peringatan Maulid nabi biasanya diisi dengan pembacaan, barzanji, shalawat dan kisah-kisah serta mengenang jerih payah perjuangan beliau, bisa mengokohkan kekuatan hati kaum muslim kini dan nanti, kegiatan semacam ini tentu punya banyak nilai positif berdasar Hadis mauquf dari Ibnu Mas’ud menegaskan : “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, di sisi Allah swt itu adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, di sisi Allah swt itu adalah buruk “ (HR. Imam Ahmad).
Adapun pembacaan shalawat yang dibacakan sewaktu mengadakan peringatan Maulid Nabi saw didasarkan atas firman Allah swt, QS. Al-Ahzab:56
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Pelajaran lain yang dapat dipetik dari isi materi peringatan maulid Nabi saw adalah pengenalan sejaran hidupnya, akhlaknya, kesabaran dan keshalihannya kemudian dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk diteladani, pendidikan sejarah seperti ini dimaksudkan untuk meneguhkan hati orang-orang beriman se-nafas dengan firman Allah Surat Hud: 120
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa peringatan maulid nabi saw sangat dianjurkan, tentunya selama tidak bercampur dengan kemungkaran, karena banyak hikmah yang bisa dipetik dari peringatan tersebut. Peringatan tersebut merupakan tuntunan agama yang sahih, dari sisi ungkapan bersyukur, bershawalat dan pembacaan kisah nabi untuk keteguhan hati ummat. Imam Syafi’i pernah berkata: Barangsiapa melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, atau berlawanan dengan Ijma’ (kebulatan pendapat) ulama Islam, maka perbuatan yang dilakukannya itu adalah bid’ah dhalalah (rekayasa yang buruk). Perbuatan yang jelas tidak berlawanan dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas dan mendatangkan kemaslahatan bagi Islam dan kaum Muslimin, perbutan itu adalah bid’ah mahmudah (rekayasa terpuji). Bagian dari rekayasa terpuji dalam hal ini adalah bersyukur dengan peringatan maulid Nabi saw.
Selanjutnya anda sendiri yang harus memilih masih tetap berpegang teguh pada penetapan hukum peringatan maulid nabi itu bid’ah atau tidaknya. Secara pribadi yang terpenting adalah saya mengajak untuk saling toleran terhadap perbedaan pendapat, dan tetap dalam koridor saling menghormati pemahaman peringatan maulid Nabi saw ini. Allah maha tahu atas segala sesuatu.
sikap toleran amtlah terpuji, begitu juga yg telah diperintahkan suatu perbedaan adalah rahmat,.,...
ReplyDeleteikhtilafu umati rahmat (perbedaan umatku adalah rahmat) itu bukan hadits nabi saw. peringatan maulid bid'ah. hal itu bisa di lihat di fatwa ulama lajnah daimah. seandainya hal itu baik pasti nabi saw dan para sahabat serta tabi'in tabi'tabiin dan para imam yang empat pasti memperingatinya. tapi mereka tidak pernah melakukannya. apakah kita lebih berlimu daripada mereka ? tentu jawabannya : tidak. (mohon maaf njih pak, jangan tersinggung). nuwun
ReplyDeletengga' apa, dengan senang hati... silahkan.. saya tak maulidan dulu ya
Delete@Abdullah Padha: Bid'ah itu apa sih ? terus bagaimana dengan pendapat Imam Syafi'i, Imam Ibnu Hajar Al Asqolani, Imam An Nawawi, dlsb yang membagi bid'ah menjadi 2 (Hasanah dan Sayyi'ah)
ReplyDeleteImam Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitabnya Fathul Bari 'ala Shihiihil Bukhori Mengatakan :
أصل عمل المولد بدعة لم تنقل عن أحد من السلف الصالح من القرون الثلاثة، ولكنها مع ذلك قد اشتملت على محاسن وضدها، فمن تحرى في عملها المحاسن وتجنب ضدها كان بدعة حسنة، وإلا فلا
“Asal amal Maulid adalah bid’ah, tidak pernah ada perkataan (perbincangan) dari salafush shaleh dari kurun ke tiga, dan akan tetapi bersamanya mencakup (mengandung) kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Maka barangsiapa yang mengambil kebaikan-kebaikannya pada amal Maulid dan menjauhi keburukannya maka itulah bid’ah Hasanah (بدعة حسنة), dan jika tidak (menjauhi keburukannya) maka tidak (bukan bid’ah Hasanah)
Dan Beliau Juga mengatakan :
وقد ظهر لي تخريجها على أصل ثابت، وهو ما ثبت في الصحيحين من أن النبي صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء فسألهم؟ فقالوا: هو يوم أغرق الله فيه فرعون ونجى موسى فنحن نصومه شكرا لله تعالى، فيستفاد منه فعل الشكر لله على ما مَنَّ به في يوم معين من إسداء نعمة أو دفع نقمة، ويعاد ذلك في نظير ذلك اليوم من كل سنة، والشكر لله يحصل بأنواع العبادة كالسجود والصيام والصدقة والتلاوة، وأي نعمة أعظم من النعمة ببروز هذا النبي نبي الرحمة في ذلك اليوم
“dan sungguh telah jelas bagiku bahwa apa yang dikeluarkan (diriwayatkan) atas asal penetapan (hokum Maulid), sebagaimana yang ditetapkan didalam Ash-Shahihayn bahwa sesungguhnya Nabi datang ke Madinah, maka (beliau) menemukan orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura’, Rasulullah bertanya kepada mereka (tentang puasa tersebut)? Maka mereka menjawab : “Padanya adalah hari dimana Allah telah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan (Nabi) Musa, maka kami berpuasa untuk bersyukur kepada Allah Yang Maha Tinggi (atas semua itu)”. Maka faidah yang bisa diambil dari hal tersebut adalah bahwa (kebolehan) bersyukur kepada Allah atas sesuatu (yang terjadi) baik karena menerima sebuah kenikmatan yang besar atau penyelamatan (terhindar) dari bahaya, dan bisa diulang-ulang perkara (syukuran) tersebut pada hari (yang sama) setiap tahun. Adapun syukur kepada Allah dapat dilakukan dengan bermacam-macam Ibadah seperti sujud (sujud syukur), puasa, shadaqah dan tilawah (membaca al-Qur’an). dan sungguh adakah nikmat yang paling agung (besar) dari berbagai nikmat (yang ada) selain kelahiran Nabi (Muhammad) Nabi yang penyayang pada hari (peringatan Maulid) itu ?
setuju...., alangkah baiknya di tulis di blog sendiri kemudian di beri url-nya saja he....
Deleteaku selalu menanti-nanti peringatan maulid nabi ini :)
ReplyDelete