Terkadang diri ini mengumpat kepada prilaku diri sendiri yang tak kunjung ada perubahan secara drastis, baik dalam karir, pendidikan, keluarga maupun ekonomi, kalau toh ada, masih tergolong lamban, tapi sebagai pribadi syukur, meski harus tetap disyukuri. Semua orang menginginkan percepatan dalam perbaikan hidupnya dari beberapa hal tersebut, walaupun mayoritas orang orang menilai perubahan yang mencolok adalah perubahan sisi ekonominya. Bukankah sisi hidup ini tidak hanya problem ekonomi, jawabnya sudah pasti tentu ‘bukan’? kalau demikian, perubahan harus dimaknai secara general dan menyeluruh dari setiap delik kehidupan. Saya pikir tidak terlalu dibenarkan jika perubahan itu didasarkan secara utuh dari sisi materialnya saja, karena masih banyak sisi lain dari kehidupan selain yang bersifat materi.
Perubahan yang diyakini bisa mengubah kehidupannya kearah yang ‘lebih’ sangat diharapkan oleh siapapun selagi masih dalam catatan diagnosa sehat secara psikis, karena kebahagiaan adalah sesuatu yang mutlak dicita-citakan oleh semua orang dari semua strata ‘kelas’ manapun. Meski kebahagiaan itu sendiri tak bisa terdefinisikan secara konkret dan mendetail. Kebahagiaan adalah kesenangan dan ketenteraman hidup yg bersifat lahir batin, kebahagiaan sebagai momentum yang bukan eforia yang lenyap dalam sekejap. Kebahagiaan dimengerti sebagai kehidupan yang paripurna.
Pengertian Kebahagiaan Andrew Matthes dalam bukunya Being Happy: A Hand book to Greater Confidence and Security, menjelaskan bahwa yang menentukan kebahagiaan kita bukanlah apa yang terjadi pada kita, melainkan bagaimana reaksi kita terhadap hal-hal yang terjadi pada kehidupan kita. Kita juga bertanggung atas kebahagiaan itu sendiri. Untuk bahagia, kata Andrew, Fokuskan pikiran kita pad apikiran-pikiran bahagia. Kita adalah pengendali pikiran kita sendiri.
Bagi seseorang ada yang bahagia jika kebutuhan ekonominya terpenuhi, tetapi bagi orang lain tidak demikian adanya, kaena ada yang berbhagia jika jika seluruh persoalan yang rumit menyangkut karir rumahtangga dan kesehatannya terselesaikan dengan apik. Seperti itulah teka teki membingungkannya arti ‘bahagia’, tapi perlu digaris bawahi bahwa kebahagiaan yang paling kekal adalah kebahagiaan akhirat “dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” dan semua agamawan berlomba untuk mencari identitas kebahagiaan itu bermula dari dunia.
Berbeda lagi dengan Imam Ghazali, memformulasikan bahwa semua orang menacari dua hal, yaitu ketenangan hidup dan kesenangan hidup. Bagi orang yang hanya mencari ksenangan hidup ada banyak instrumen atau perangakat yang bisa dicari supaya hidupnya senang. Akan tetapi, orang yang hidupnya senang belum tentu dijamin akan memperoleh ketanangan hidup, karena antara kesenangan hidup dan ketenangan hidup ada jarak tersendiri.
Ada empat hal yaitu pengetahuan, kesehatan, kekayaan dan pangkat atau status strata sosial dalam masyarakat. Semakin berilmu, seseorang biasanya lebih berpeluang untuk mendapatkan kebahagiaan daripada orang yang tidak berilmu, orang yang sehat lebih lebih berpeluang mendapatkan ketenangan daripada orang sakit, begitulah seterusnya. Perlombaan dalam hidup yang harus dikejar adalah dalam koridor di atas.
Baca juga, Canva.com situs membuat kata-kata motivasi yang dapat dikirim ke sahabat anda.
Baca juga, Canva.com situs membuat kata-kata motivasi yang dapat dikirim ke sahabat anda.
Kebahagiaan yang hakiki adalah bila fiidunya hasanah (tegaknya syariat Islam) dan fiil akhiroti hasanah (masuk syurga)maka jelas akan wakina azabannar...
ReplyDelete