Sebelum melangkah dalam ranah pemikiran filsafat, terlebih dahulu yang harus dipahami oleh pembaca adalah alur pola pikir tokohnya. Dengan pembacaan yang penuh sabar dan teks harus dikonsumsi secara "lumat" supaya tidak terlempar dari konteksnya. Oke kita akan perbincangkan perbedaan kebangkitan versi Al Ghazali versus Ibn Rusyd. Imam Ghazali mungkin telah kita kenal sejak kita masih SD dulu, tapi bagaimana dengan Ibn Rusyd, berdasarkan informasi dari berbagai sumber bacaan filsafat bahwa Ibn Rusyd (Averrous), nama lengkapnya adalah Abu al-Walid Muhammad ibnu Ahmad Ibnu Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ahmad ibnu rusyd, lahir di Cordova, Andalus pada tahun 520 H/ 1126 M, sekitar 15 tahun setelah wafatnya abu Hamid al-Ghazali. Ibn Rusyd dianggap sangat berjasa karena mampu mendamaikan pemikiran agamawan dalam mem-posisikan antara akal dan wahyu dalam mencari kebenaran. Itulah pokok pemikiran Ibn Rusyd yang paling berpengaruh sampai saat ini.
Menurut aliran filsafat, kebenaran dapat dicapai melalui pendekatan akal sedangkan bagi agamawan kebenaran bisa dicapai melalui konsep wahyu, perdebatan sengit ini terus mewarnai pemikiran agama manapun, dulu sekarang dan akan datang. Barangkali itu sudah kodrat, tetapi seorang akademis harus mencari duduk perkaranya
Dalam kitab Fashl al-Maqal dijelaskan ada dua pendekatan untuk mengetahui kebenaran pertama, yaitu start dari penelitian filsafat kemudian finishnya dengan uraian agama. kedua yaitu dalam kitab al-Kasyf ‘an Manhaj al-Adilat fi Aqo’id al- Milat, dimulai dari titik kajian agama, dan berhenti di titik filsafat. Perbedaan ini begitu indah dan memiliki pendalaman masing masing dalam merekonstruksi pembuktian kebenaran.
Melalui dua 'warna' perbedaan pola pikir itulah berbuah perbedaan yang mencolok diantara pemikir islam yaitu Imam Ghazali dan Ibn Rusyd tentang hari kebangkitan, Imam Ghazali ‘menuduh’ ada kesesatan berfikir yang dilakukan oleh para filosof, paling tidak ada 20 kesalahan berfikir para filosof yang ditulis dalam buknya tahafuth al-falasifah, termasuk kesalahan berfikir yang dilakukan oleh pemikiran filsafat Yunani seperti filsafat Socrates, Plato, dan Aristoteles, termasuk juga Ibnu Sina dan al-Farabi. Dalam kesimpulannya, al-Ghazali menetapkan 20 soal yang ditetapkan sebagai bathil.
Dari 20 kesalahan para filosof yang ditengarai menjadikan kekafiran adalah tiga hal yaitu teori tentang eksistensi kebangkitan, tuhan tidak mengetahui juz;’yat, dan teori alam itu azali atau qadim.
Dari sekian perdebatan, karena keterbatasan waktu mungkin kali ini akan perbincangkan masalah kebangkitan. Ada perbedaan yang mencolok antara pendapat Al Ghazali dengan Ibn Rusyd. Menurut Al Ghazali disamping kebangkitan ruh (jiwa) juga kebangkitan jasad, sedangkan menurut Ibn Rusyd dan filosof lainya bahwa hari kebangkitan adalah kebangkitan ruh atau jiwa, karena kebahagiaan adalah kebahagiaan jiwa bukan kebahagiaan jasad. Meski jasad sehat tetapi kalau jiwa sakit maka seseorang tidak bisa merasakan sehatnya jasad.
Kalau kita gambarkan, mungkin andaikan anda mengendari mobil kemudian menabrak orang lain, maka yag dihukum adalah sopirnya. Dalam ilustrasi ini, sopir digambarkan sebagai jiwa, sedangkan mobil adalah jasadnya. Karena itu keyakinan kuat Ibn Rusyd sukar terbantahkan
Sedangkan menurut al-Ghazali, kebangkitan manusia adalah jasad dan ruh tetapi jasad dan ruh yang sama sekali berbeda dengan jasad seperti di dunia. Lalu anda meyakini yang mana. Jika meyakini apa yang dikatakan oleh Ibn Rusyd, bukannya banyak dalil yang mengatakan tentang kenikmatan surga yang menurut kebiasaan kita, kenikmatan tersebut di cecap dengan jasad. Kalau jasad kita sudah hancur maka Allah akan mengganti dengan jasad yang sama sekali berbeda bukan? Episode selanjutnya info wiyono akan posting tentang filsafat fisika al Ghazali vs Ibn Rusyd. $437
No comments:
Post a Comment
Terimakash Atas kunjungan dan komentarnya ( salam persahabatan )