Aqiqah Sebagai Implementasi Syukur

Kali ini akan membahas tentang aqiqah, penting bagi saya setelah kelahiran putri kami ke-2 yang saat ini baru berusia 5 hari (semoga Allah memberkahi), informasi ini, juga penting bagi calon bapak yang menyambut kelahiran putri – putranya. Berdasarkan berbagai sumber yang saya kumpulkan maka saya memberikan kesimpulan dan catatan catatan tentang aqiqah dan prolematikanya di bawah ini. 

Aqiqah adalah memotong hewan sebagai rasa syukur kepada Allah di hari ke-7 kelahiran seorang bayi, Tentu yang disunnatkan adalah bagi orang tuanya bukan anaknya. Mengapa saya pertegas, karena semalam pada saat kongkow-kongkow dengan jama’ah kopi, saya sempat ditanya oleh salah satu jama’ah. “Apa status agama dari anak yang baru dilahirkan, apakah sudah pasti Islam, sedangkan aqiqah adalah syari’ah Islam”, Saya menjawab:”ya orang tuanya, karena anaknya belum beragama.”

 Adapun landasan hadits yang dipakai untuk menghukumi sunnatnya ber-aqiqah

حدثنا إسحاق حدثنا سعيد عن قتادة عن سمرة أن رسول الله صلعم . قال كل غلا م رهين بعقيقته تذبح عنه يوم السابع ويُحلقُ رأسُه ويسمى (رواه أحمد 1928)

Tidak hanya terdapat didalam musnad Ahmad tetapi terdapat juga di Sunan At Tirmidzi 1442, Imam An Nasa’i 4149, Abu Daud 2454, 2455 Imam Ibn Majjah 3156 Ad Darimiy 1887.

Menurut ilmu hadits, sanad tersebut berderajat marfu’, sehingga ulama’ sepakat bahwa hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkaddah, hanya sekelompok kecil yang mewajibkannya. Dikaji dari sisi matan hadits, ada 3 hal penting yang berkaitan dengan kelahiran bayi yaitu Memotong kambing pada hari ke-7 kelahiran anak, Mencukur rambut, Memberi nama

dalam hadits di atas, perhatikan urutannya, menyembelih kambing, memotong rambut dan memberi nama, tapi kita perhatikan faktanya. melakukan secara terbalik yakni memberi nama terlebih dahulu, kemudian setelah 40 hari dicukur rambutnya dan aqiqah “se-sempatnya” he he he. Namun yang terpenting dari semua ajaran itu adalah inti bersyukurnya kepada Allah yang telah memberikan karunia yang berharga yaitu Allah emberikan amanat kepada orang tuanya untuk memelihara, mengayomi dan mendidik untuk diantarkan menjadi hamba Allah yang sukses lahir dan bathin.

berkaitan dengan hadits di atas Imam Ahmad bin Hambal ra berkata “Bayi itu tertahan syafa’at kepada kedua orang tuanya.” Artinya jika kelak bayi tersebut menjadi saleh-salehah, ia di akhirat tidak bisa memberikan syafaat kepada kedua orang tuanya, sebelum

Dalam kesempatan untuk memotong hewan aqiqah antara satu dengan yang lain tentu berbeda kesempatannya, namun hal itu tidaklah menjadi masalah, karena kalau tidak mampu memotong di hari ke-7 tetap disunnahkan di hari ke-14 atau 21, atau bahkan semampunya. Subhanallah…. ini bukti betapa pentingnya tuntutan untuk bersyukur atas nikmat-Nya. Perlu digaris bawahi bahwa Allah tidak butuh dengan syukur kita, karena Allah maha kaya, bersyukur kepada Allah pada prinsipnya adalah mendatangkan manfaat baik untuk diri hamba yang bersyukur tersebut, sebaliknya ingkar nikmat akan membawa laknat sesuai dengan firmannya :

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (QS. Luqamn[13]:12)

apakah boleh kita aqiqah sendiri dan seterusnya akan di posting oleh info wiyono.com di lain waktu

Share: